Senyawa hidrokarbon salah satu materi kimia yang akan dipelajari saat berada di bangku kelas 10 SMA, yang mana materi ini akan menjadi materi utama dan sering digunakan dalam soal – soal kimia. Sebelum membahasnya lebih lanjut, apakah disini ada yang tau apa itu reaksi redoks ? jika belum yuk simak pada link berikut :
Baca Juga : Reaksi Redoks Meliputi Perkembangan Konsep Reaksi Redoks
Daftar Isi Artikel
Senyawa Hidrokarbon Adalah
Penggolongan hidrokarbon didasarkan atas dua hal, yaitu bentuk rantai karbon dan jenis ikatan.
Berdasarkan Bentuk Rantai Karbon
Berdasarkan bentuk rantai karbon, senyawa hidrokarbon dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
Rantai Karbon Alifatis
Rantai karbon alifatis adalah rantai karbon terbuka. Rantai karbon alifatis ini bisa lurus dan bisa juga bercabang.
Contohnya :
Rantai Karbon Siklis
Rantai karbon siklis adalah rantai karbon tertutup. Dibedakan atas karbosiklik dan heterosiklik.
a. Karbosiklik yaitu senyawa karbon siklik yang rantai lingkarnya hanya terdiri atas atom C saja. Yang termasuk karbosiklik adalah senyawa aromatis dan alisiklik.
- Senyawa aromatis adalah senyawa karbosiklik yang terdiri atas 6 atom karbon atau lebih yang memiliki ikatan rangkap 2 terkonjugasi (selengkapnya akan Anda pelajari di kelas XII). Contohnya sebagai berikut :
- Senyawa alisiklik adalah senyawa karbosiklik yang hanya mempunyai ikatan tunggal. Contohnya sebagai berikut :
b. Heterosiklik adalah senyawa karbosiklik yang di dalam rantai lingkarnya terdapat atom lain selain atom karbon. Sebagai contoh :
Berdasarkan Jenis Ikatan
Jika berdasarkan dengan jenis ikatan, akan dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
Senyawa Hidrokarbon Jenuh
Senyawa hidrokarbon jenuh adalah jika semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal (– C – C –).
Senyawa Hidrokarbon Tak Jenuh
Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah jika mengandung ikatan rangkap 2 (– C = C –) maupun rangkap 3 (– C ≡ C –) pada ikatan karbon-karbon. Dikatakan tak jenuh karena ikatan rangkap, baik rangkap 2 maupun rangkap 3 ini masih dapat mengalami pemutusan ikatan.
Tata Nama Senyawa Hidrokarbon
Alkana
Rumus Umum Alkana
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yang mana hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Senyawa alkana mempunyai rumus (James E. Brady):
CnH2n + 2
Nama-nama sepuluh alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 10 terdapat pada tabel 5.1. Hal ini merupakan dasar nama-nama seluruh senyawa organik.
Jumlah Atom C | Rumus Molekul | Nama |
1 | CH4 | Metana |
2 | C2H6 | Etana |
3 | C3H8 | Propana |
4 | C4H10 | Butana |
5 | C5H12 | Pentana |
6 | C6H14 | Heksana |
7 | C7H16 | Heptana |
8 | C8H18 | Oktana |
9 | C9H20 | Nonana |
10 | C10H22 | Dekana |
Gugus Alkil
Gugus alkil adalah alkana yang telah kehilangan satu atom H. Gugus alkil ini dapat dituliskan dengan menggunakan rumus:
CnH2n + 1
Dengan menggantikan satu atom H, maka namanya juga akan berubah dari metana menjadi metil. Berikut ini beberapa gugus alkil yang biasa digunakan.
- CH3 – : Metil
- C2H5 – : Etil
- C3H7 – : Propil
- C4H9 – : Butil
Gugus metil dan gugus etil masing-masing hanya sejenis, yaitu:
- CH — metil
- CH3 — CH2 — etil
Gugus propil ada dua jenis, yaitu:
- CH3 — CH2 — CH2 — Propil
- CH3 — CH — isopropil
CH3
Tata Nama Alkana
Dalam pemberian nama alkana ini akan sangat susah jika hanya menggunakan tata nama alkana yang biasa saja seperti (metana s.d. dekana, untuk C1 – C10). Hal ini disebabkan karena isomer-isomer dalam alkana, sehingga perlu adanya nama-nama khusus. Contohnya, awalan normal digunakan untuk rantai lurus, sedangkan awalan iso untuk isomer yang mempunyai satu cabang CH3 yang terikat pada atom karbon nomor dua. Padahal sangat sulit sekali bagi kita untuk memberikan nama pada rantai karbon yang mempunyai banyak sekali isomer. Oleh karena itu, perhimpunan kimiawan internasional pada pertemuan di Jenewa pada tahun 1892 telah merumuskan aturan penamaan senyawa kimia. Tata nama yang mereka rumuskan itu terkenal dengan tata nama IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan aturan ini disebut nama sistematik atau nama IUPAC, sedangkan nama yang sudah biasa digunakan sebelum tata nama IUPAC tetap digunakan dan disebut dengan nama biasa atau nama trivial.
Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang sebagai berikut :
- Nama alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Bagian pertama, di bagian depan, yaitu nama cabang (cabang – cabang).
b. Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama rantai induk.
Contohnya :
2 – metilbutana
Cabang induk
CH3 — CH2 — CH — CH3 (induk)
CH3 (cabang)
Penamaan
- Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila ter-dapat dua atau lebih rantai terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama alkana, tergantung pada panjang rantai.
- Cabang diberi nama alkil, yaitu nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. Gugus alkil mempunyai rumus umum CnH2n + 1 dan dinyatakan dengan lambang R (lihat tentang alkil).
- Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.
- Jika terdapat dua atau lebih cabang yang sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta, dan seterusnya pada nama cabang.
- Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama cabang itu. Contohnya :
- Etil ditulis terlebih dahulu daripada metil.
- Isopropil ditulis terlebih dahulu daripada metil.
- Berdasarkan aturan tersebut, penamaan alkana dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Memilih rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak.
- Memberi penomoran dimulai dari salah satu ujung, sehingga cabang mendapat nomor terkecil.
- Menuliskan nama dimulai dengan nama cabang yang disusun menurut abjad, kemudian diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,), sedangkan antara angka dengan huruf dipisahkan tanda jeda (–).
Berikut contoh penamaan alkana :
Sifat Alkana
- Semua hidrokarbon merupakan senyawa nonpolar sehingga tidak larut dalam air. Jika suatu hidrokarbon bercampur dengan air, maka lapisan hidrokarbon selalu di atas sebab massa jenisnya lebih kecil daripada 1. Pelarut yang baik untuk hidrokarbon adalah pelarut nonpolar, seperti CCl4 atau eter.
- Makin banyak atom C, titik didih makin tinggi. Untuk hidrokarbon yang berisomer (jumlah atom C sama banyak), titik didih makin tinggi apabila rantai C makin panjang (bercabang sedikit).
- Pada suhu dan tekanan biasa, empat alkana yang pertama (CH4 sampai C4H10) berwujud gas. Pentana (C5H12) sampai heptadekana (C17H36) berwujud cair, sedangkan oktadekana (C18H38) dan seterusnya berwujud padat.
- Jika direaksikan dengan unsur-unsur halogen (F2, Cl2, Br2, dan I2), maka atom-atom H pada alkana mudah mengalami substitusi (penukaran) oleh atom-atom halogen.
CH4 + Cl2 ⎯⎯→ CH3Cl + HCl metilklorida (klorometa)
CH3Cl + Cl2 ⎯⎯→ CH2Cl2 + HCl diklorometana
CHCl3 + Cl2 ⎯⎯→ CCl4 + HCl karbon tetraklorida
CH2Cl2 + Cl2⎯⎯→ CHCl3 + HCl kloroform (triklorometana)
- Alkana dapat mengalami oksidasi dengan gas oksigen, dan reaksi pembakaran ini selalu menghasilkan energi. Itulah sebabnya alkana digunakan sebagai bahan bakar. Secara rata-rata, oksidasi 1 gram alkana menghasilkan energi sebesar 50.000 joule.
Reaksi pembakaran sempurna:
CH4 + 2 O2 ⎯⎯→ CO2 + 2 H2O + energi
Reaksi pembakaran tidak sempurna:
CH4 + 3/2 O2 ⎯⎯→ CO + 2 H2O + energi
Cukup sekian artikel yang dapat admin bagikan, semoga bermanfaat 🙂